Langsung ke konten utama

Geomorfologi Daerah Parangtritis

Daerah Parangtritis berada pada empat formasi geologi, yaitu Aluvium (Qa), Endapan Merapi Muda (Qmi), Formasi Wonosari (Tmwl), dan Formasi Nglanggran (Tmn). Aluvium (Qa) dan Endapan Merapi Muda (Qmi) terbentuk pada zaman kuarter. Formasi Wonosari (Tmwl) terbentuk pada kala Mioesen akhir hingga Pliosen. Formasi Nglanggran (Tmn) terbentuk pada kala Miosen (Rahardjo et al., 1995).

Setiap formasi geologi tersusun oleh beberapa endapan permukaan maupun batuan. Formasi aluvium (Qa) terdiri dari kerakal, pasir, serta lanau dan lempung (Rahardjo et al., 1995). Endapan Merapi Muda (Qmi) di Daerah Parangtritis adalah ekstrusi lava di Parangkusumo. Batuan penyusun Formasi Wonosari (Tmwl) yang ditemukan adalah satuan batugamping. Satuan batugamping di sekitar Daerah Parangtritis antara lain batugamping berlapis, satuan batugamping bertekstur kristalin, satuan batugamping bertekstur fragmental, dan batugamping terumbu. Formasi Nglanggran (Tmn) di sekitar Daerah Parangtritis adalah satuan breksi andesit (Triana, 2014). Batuan yang telah lapuk kemudian menjadi bahan induk tanah yang menentukan jenis-jenis tanah di Daerah Parangtritis.


Struktur geologi yang dijumpai di Daerah Parangtritis adalah sesar mendatar yaitu Sesar Parangkusumo dengan arah N 300ᵒ W menunjam 80ᵒ ke arah barat daya. Sesar ini mengontrol pemunculan mata air panas di Daerah Parangtritis. Sudut penunjaman sesar menyebabkan pembukaan zona kekaran (fracturing zones) (Idral et al., 2003). Struktur sesar di Daerah Parangtritis dicirikan oleh lineasi anomali, kerapatan kontur, pembelokan anomali, dan pengkutuban anomali (negatif dan positif). Dari analisis keempat ciri tersebut dan anomali magnit total, di sekitar mata air panas Parangtritis terdapat 5 struktur sesar, 3 di antaranya berarah barat laut-tenggara dan 2 lainnya berarah timur laut-barat daya. Sesar yang berarah barat laut-tenggara (Sesar Parangkusumo) merupakan sesar yang mengontrol pemunculan mata air panas Parangwedang (Idral et al., 2003).


1.1. Latar Belakang dan Lokasi Daerah Penyelidikan

Salah satu kegiatan Proyek Inventarisasi Potensi Panas Bumi pada tahun anggaran 2003 adalah melakukan penyelidikan terpadu geologi, geokimia dan geofisika di daerah panas bumi Parangtritis, Daerah Istimewa Yogyakarta yang dilaksanakan. pada triwulan ketiga tahun anggaran 2003 Tujuan kegiatan penyelidikan ini adalah mendapatkan data-data lapangan yang terdiri dari data geologi, geokimia dan geofisika guna mengetahui potensi dan prospek panas bumi didaerah tsb serta menjadikan hasil penyelidikan ini sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan sumber daya panas bumi daerah penyelidikan. Daerah penyelidikan ini terletak pada koordinat (UTM WGS84) 0419500 - 0433500 mT dan 9122000- 9111000 mS, yang meliputi wilayah Kab. Bantul dan Kab.G.Kidul, D,I. Istimewa Yogyakarta. Lokasi penyelidikan terletak 28 kilometer sebelah selatan Kota Yogyakarta.

1.2. Penyelidik Terdahulu

Penyelidik terdahulu seperti Lembaga atau badan/instansi pemerintah atau perguruan tinggi negeri dan swasta telah banyak melakukan penelitian didaerah tsb tetapi pada umumnya penelitian tsb tidak terkait dengan penyelidkan panasbumi, sedangkan penyelidikan kepanasbumian baru dimulai pada tahun 1976 oleh M. Chasim Muksin.

2. Hasil Penyelidikan

2.1. Geologi
2.1.1. Stratigrafi
Stratigrafi daerah Parangtritis dan sekitarnya disusun oleh batuan Tersier yang terdiri dari batuan sedimen klastik vulkanik, batuan gunungapi, dan sedimen klastik karbonatan, serta endapan permukaan yang berumur Kuarter.

2.1.1. 1. Batuan Sedimen Klastik

Vulkanik Batuan sedimen klastik, tufa, (Tomt), terdiri dari klastik vulkanik berbutiran abu hingga lapili, tidak bersifat gampingan dan tidak terdapat fosil. Ketebalan perlapisan Tufa tersingkap di Sindet mencapai 75 meter. Satuan Tufa ini sangat kedap air karena permebilitas primer sangat kecil akibat gravitasi perlapisan karena satuan ini menjadi batuan dasar di daerah penyelidikan.

2.1.1. 2. Batuan Gunungapi

Batuan gunungapi Tersier ini terdiri dari satuan breksi andesit (Tomb) Satuan Andesit (Toma), Satuan Lava Parangkusumo (Tmlp). Breksi andesit yang diselingi oleh aliran lava bersusunan andesitan yang mempunyai struktur lempeng dan telah terlapukkan, dan terubahkan dengan ditemukannya mineral khlorit dan serisit;
Satuan andesit berupa lava berwarna hitam dan kelabu, kehijauan. memperlihatkan kekar tiang, terubahkan dengan ditemukan mineral khlorit Satuan Lava Parangkusumo (Tmlp) berupa lava basal, kekar yang menunjukkan struktur aliran lava dan diselingi retas Andesit hornblende berstruktur kekar lempeng. Batuan ini terubahkan dengan hadirnya mineral khlorit dan kalsit. tersingkap baik di daerah situs Parangkusumo. Selingan lava Andesit Hornblende sebagai paska efusif lava Basal berperan penting sebagai indikasi parameter pembentukan sumber panas dikedalaman daerah panas bumi Parangtritis.

2.1.1.3. Batuan Sedimen Klastik karbonat

Penyebaran sedimen kastik karbonat terdapat dibagian Barat dan dibagian Timur daerah penyelidikan yang terdiri dari Batu Gamping Terumbu (Tmlc) dan Batu Gamping Pasiran (Tmls)

2.1.1.4. Endapan Permukaan

Endapan permukaan yang dapat disebut sebagai Satuan Aluvium (Qa).Endapan ini terdiri dari lempung hingga kerakal hasil rombakan, pelapukan dan pencucian (“leaching”) batuan sekitarnya dan endapan pantai, terdiri dari pasir berukuran halus sampai kasar, membentuk gumuk pasir sepanjang pesisir pantai Parangtritis hingga Depok (± 6 km). Penyebaran gumuk pasir ini mencapai 750 meter dari garis pasang berbentuk “barchan dune” karena perubahan bentuk oleh pengaruh angin. Ketinggian gumuk pasir mencapai 21 meter dpl.

2.1.2. Struktur Geologi

Pola struktur geologi yang terdapat di daerah penyelidikan sebagian besar berkaitan dengan gejala-gejala tektonik yang pernah berlangsung pada “Java Trench” dan pembentukan sistem pegunungan di selatan jawa.
Bentuk struktur yang terdapat didaerah penyelidikan dan sekitarnya selain diperkuat oleh kenampakan permukaan juga di dukung oleh karakteristik anomali geofisika (geomagnet, gayaberat dan head-on). Struktur yang ada didaerah penyelidikan adalah berupa Sesar, normal ( Bantul, Bambang Lipuro dan Mudal), sesar medatar ( Parangkusumo, Soka Nambangngan dan Siluk); ketidak selarasan, kekar dan Kelarasan (fracturing). Pada umumnya orientasi sesar SE-NW berkisar antara N 275°W hingga N 310° W dan NE-SW berkisar antara N20°E hingga 50°E. Diantara sesar-sesar tsb diatas Sesar Parangkusumo dengan arah N 300°W, menunjam 80° ke baratdaya, merupakan sesar yang penting karena mengontrol pemunculan mata air panas Parangtritis. Sudut penunjam sesar menyebabkan pembukaan zona kekaran (“fracturing zones”).

2.1.3. Manifestasi Panas Bumi

Manifestasi panas bumi Parangtritis yang terlihat di permukaan adalah berupa mata air panas (MAP) di Parangwedang (Air panas Parangwedang 1), ketinggian 8 meter diatas permukaan laut. Air panas bersuhu 43,0 oC temperatur udara 25,6 oC, pH 7.5-7.7, terasa asin, tidak berbau, debit air tidak terukur, dhl 17750 ?S/cm dan terakumulasi dalam kolam air panas. Di permukaan air kolam muncul gelembung gas dan endapan algae berwarna hijau kehitaman.. Air panas ini dijumpai pada satuan aluvium. Pemandian air panas(Air panas Parangwedang 2), airnya berasal dari sumur galian pada kedalaman ± 6 meter, berjarak 10 meter timur sumur air panas Parangwedang 1. Air panas berasa asin, tidak berwarna, tidak berbau, pH netral (7,49), temperatur 49 oC pada temperatur udara 28,2 oC, debit air tidak bisa diukur, daya hantar listrik 18110

2.2. Geokimia


2.2.1. Kimia Air

Konsentrasi senyawa kimia MAP Parangwedang 1 terlarut yang signifikan dalam satuan mg/L diantaranya Cl = 7291,06; Na = 2470,59; Ca = 2450,98; SiO2 = 62,25; Mg = 11,62; NH4 = 5,1; B = 7,71, F = 2, sedangkan Al, Fe dan As tidak terdeteksi.
MAP Parangwedang 2, konsentrasi senyawa kimia terlarut yang signifikan dalam satuan mg/L, diantaranya Cl = 7025,61; Na = 2117,65; Ca = 2433,55; SiO2 = 67,68; Mg = 15,1; NH4 = 5,27; B = 8,25, F = 2, dan Fe = 0,04, sedangkan Al dan As tidak terdeteksi.

2.2.2. Tipe Air Panas

Berdasarkan analisa diagram segi tiga Cl-SO4-HCO3, Na-K-Mg dan Cl-Li-B (Giggenbach, 1988). MAP Parangtritis1 dan 2 terletak pada posisi klorida. yang bersifat netral. Konsentrasi klorida yang tinggi pada air panas Parangwedang 1 dan 2 ini disebabkan oleh kontaminasi oleh air laut. Hal ini didukung oleh rasa air yang asin, daya hantar listrik yang tinggi, pH netral, serta posisi air panas terletak pada pojok atas klorida pada diagram segi tiga Cl-Li-B.
Berdasarkan diagram segi tiga Na-K-Mg, posisi air panas terletak pada partial equilibrium, yang diakibatkan oleh adanya keseimbangan antara K-felsdfar dan Na-felsdfar dengan fluida panas. Hal ini didukung oleh data isotop yang mengindikasikan bahwa pembentukan mata air panas berhubungan dengan interaksi antara fluida panas dengan batuan yang menyebabkan terjadinya pengkayaan 18 O.

2.2.3. Hasil Analisis Tanah dan Udara Tanah

Konsentrasi Hg tanah berkisar antara 127 ppb (C6500) - 939 ppb(E5000), dengan nilai background 429 ppb. Nilai Hg yang cukup signifikan diindikasikan oleh nilai 400 - >500 ppb terletak di sekitar MAP Parangwedang. Luas anomali tinggi Hg ini diperkirakan 0,50 km2. Sedangkan nilai terendah <200 ppb terletak di bagian timur dan barat daerah penyelidikan.
Konsentrasi CO2 tanah, berkisar antara 0.06 % (E7000) - 1,82 % (D4000), dengan nilai background 1,14%. Nilai CO2 tinggi > 1,5 %, dan 1,0 – 1,5% terletak di utara MAP Parangwedang dan bagian barat. Sedangkan nilai terendah <0,25% terletak di bagian timur, utara, dan selatan.. Konsentrasi CO2 ini sangat dipengaruhi oleh faktor pembusukan pada daerah pertanian dibagian barat, serta kelarutan batu gamping yang banyak ditemui di daerah penyelidikan.

2.2.4. Pendugaan Suhu Bawah Permukaan

Pendugaan temperatur bawah permukaan menggunakan persamaan geotermometer air Fournier (1981) dan Giggenbach (1988). Temperatur bawah permukaan di daerah penyelidikan Parangtritis sekitar 115 oC berdasarkan perhitungan geotermometer SiO2 (ac), paling memungkinkan diaplikasikan mengingat kontaminasi air laut ke air panas.

2.3. Geofisika


2.3.1. Geomagnetik

Titik amat pengukuran magnit berjumlah 264 titik, yang tersebar pada lintasan regional dan 7 lintasan ukur A-B-C-D-E-F-G.Hasil penyelidikan magnit berupa kerentanan magnit batuan, penampang anomali magnit dan anomali magnit total. Pengukuran kerentanan magnetik batuan dilakukan pada 16 contoh batuan yang representatif dengan nilai berkisar antara 0 – 2.7 x 10 – 6.cgs

2.3.1.1. Penampang Anomali Magnet

Ketujuh penampang magnit memperlihatkan nilai kemagnitan tinggi (positif) yang berupa tonjolan yang berbentuk gergaji terdapat antara titik amat 1000 – 5500. dengan nilai kemagnitan yang bervariasi sangat besar antara 136 (lintasan F) sampai 947 gamma (lintasan B). Secara geologi nilai tsb diatas diperkirakan berkaitan dengan batuan vulkanik yang masih segar (andesit dan basalt) dan mengandung mineral magnetic seperti Fe dan Ti-oksida yang terdapat didaerah penyelidikan. Nilai kemagnitan rendah ( negatif), seperti halnya nilai kemgnitan positif juga bervariasi sangat besar, yakni berkisar antara negatif 2 (L- G) sampai negatif 812 (L-E), secara geologi nilai tsb mengindikasikan adanya batuan ubahan yang terubahkan lemah sampai kuat dibawah permukaan yang ditandai dengan hadirnya mineral khlorit dan serisit. Nilai kemagnitan negatif tsb tesebar antara titik amat 1750 – 5250.
Kontras anomali positif dan negatif yang relatif sangat besar, yakni (– 812 - + 917 gamma), terdapat disekitar MAP Parangwedang antara titik amat E-2000 – E-5500. Hal ini mengindikasikan didaerah tsb terdapat suatu struktur sesar yang diperkirakan merupakan sesar utama didaerah penyelidikan dan merupakan jalan keluarnya MAP Parangwedang. Anomali yang berbentuk gergaji yang tampak pada beberapa lokasi titik amat dengan besaran positif dan negatif berturut-turut mengindikasikan batuan breksi vulkanik yang tak terubahkan dan terubahkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembuatan Penampang (Profil), dan Menghitung Kemiringan Lereng

Profil atau penampang atau vertical section adalah gambaran bentuk suatu penampang dari suatu daerah apabila daerah tersebut dipotong oleh suatu bidang vertikal yang tegak lurus pada permukaan. Penggambaran profil dapat dengan dua cara yaitu:  1. Skala horizontal sama dengan skala vertical Car ini akan menggambarkan keadaan yang sama dengan keadaan sebenarnya dilapangan sehingga konfigurasi relief tidak jelas. Tetapi untuk tujuan tertentu hal ini penting untuk dibuat, sebab bila dengan pembesaran skala kadang akan membuat kesalahan. 2. Skal vertical diperbesar atau denag skal exaggeration Atau bisa dikenal dengan VE, sedangkan skala horizontal tetap, gambar yang dihasilkan akan lain keadaan yang sebenarnya, dan relief yang ditampilkan akan tampak lebih jelas. Profil suatu wilayah perlu dibuat, untuk memberikan gambaran yang paling mudah dimengerti tentang suatu lereng yang digambarkan sepanjang garis tertentu. Pembuatan vertical exageration tergantung dari:  ...

Peta dan Ketelitian Penggambaran

1. Kartografi  Kartografi adalah seni, ilmu pengetahuan dan teknologi tentang pembuatan peta-peta, sekaligus mencakup studinya sebagai dokumen-dokumen ilmiah dan hasil karya seni (International Carthography Association, 1973). Oleh ICA telah ditetapkan bahwa kartografi mempunyai lingkup operasional dimulai dari pengumpulan data, klasifikasi, analisa data, sampai kepada reproduksi peta, evaluasi dan penafsiran daripada peta. (Sudihardjo, 1977, hal 1). Dengan demikian tujuan kartografi adalah membuat peta dengan mengumpulkan data, memproses data dan kemudian menggambarkan data tersebut kedalam bentuk peta.  Mengacu dari definisi kartografi sebelumnya, kartografi sekarang didefinisikan sebagai penyampaian informasi geospasial dalam bentuk peta. Hal ini menghasilkan pandangan, tidak hanya sebagai pembuatan peta semata, tetapi penggunaan peta juga termasuk pada bidang kartografi. Dan benar bahwa hanya dengan menelaah penggunaan peta, dan pengolahan peta, dan pengolahan inform...

Representasi Relief

Relief ialah suatu konfigurasi nyata dari permukaan bumi, yaitu perbedaan-perbedaan dalam ketinggian dan kemiringan permukaan bumi. Relief direpresentasikan dengan cara membuat garis yang menghubungkan titik-titk yang ada di permukaan bumi yang memounyai ketinggian sama (garis tersebut disebut garis kontur). Dan cara demikian disebut Contouring. Pembuatan garis kontur pada prinsipnya dilakukan secara logika yaitu dengan cara interpolasi terhadap titik hasil pengukuran di lapangan (karena tidak mungkin semua titik di lapangan kita lakukan pengukuran langsung ketinggiannya). Interval kontur adalah jarak vertikal antara dua garis ketinggian yang ditentukan berdasarkan skalanya. Kontur biasanya digambarkan dalam bentuk garis-garis utuh yang kontinyu (biasanya berwarna coklat/orange). Setiap kontur keempat atau kelima (tergantung pada intervalnya) dibuatlah indeks, dan digambarkan dengan garis yang tebal. Kontur indeks dimaksudkan untuk membantu pembacaan kontur dan menghitung kontur untu...